Seorang putri telah
hadir di rumah kami tanggal 10 November 2013
pada pukul 13.30. Alhamdulillah
lahir secara normal di sebuah klinik bersalin di Bandung. Dengan berat badan 3,6
Kg dan panjang 52 cm.
Senandung azan dan
iqomah dikumandangkan lirih oleh suami di telinga kanan dan kiri putri kami .
Tak terasa air mata ini membasahi pipi. Deraan rasa sakit selama hampir 12 jam
terbayar dengan kehadiran sosok kecil nan cantik dengan tangis kerasnya di
ruang bersalin.
Meskipun sudah lima
kali melahirkan, tetap saja terselip rasa takut saat melahirkan. Kehamilan
sudah memasuki 40 minggu saat itu. Saya merasakan kontraksi pukul 02.00 dini
hari. Di setiap jeda kontraksi sebisa mungkin saya jalan-jalan. Jika kontraksi datang saya duduk , kembali mondar
mandir antara ruang tamu dan kamar tidur jika tidak ada kontraksi.Kontraksi
datang pertama kali di pinggang bagian belakang lalu memutar ke perut bagian
depan. Jurus ampuh mengurangi nyeri kontraksi adalah berdzikir sambil membayangkan
pertemuan dengan bayi. Dia sedang berjuang untuk keluar, saya harus
membantunya. Saya hitung waktu datangnya
kontraksi, dari setengah jam sekali hingga akhirnya 5 menit sekali.
Saya belum pernah ikut
hypnobirthing atau senam hamil di sebuah kelas dengan pemandu, karena kendala
waktu dan jarak yang jauh dari rumah. Saya cukup mencari info di internet yang
banyak bertebaran tentang hypnobirthing. Ide dasar hypnobirthing, melahirkan
tanpa rasa sakit yaitu dengan mengendalikan pikiran dan perasaan kita saat
kontraksi datang menyapa. Salah satu
yang saya lakukan adalah mengalihkan objek pandangan mata saya pada foto
anak-anak di album keluarga, memeriksa kembali perlengkapan persalinan, dan
membayangkan saat indah pernikahan dengan suami tercinta. Saya ambil salah satu
baju bayi berwarna pink cantik, sambil membayangkan bayi saya akan memakainya
nanti. Ah saya nikmati sensasi cinta kehadiran bayi . Kontraksi datang
memberitakan bayi saya sedang berjuang untuk lahir.
Pukul 08.00 pagi saat
kontraksi sudah 5 menit sekali itu,dengan diantar suami, saya berangkat ke
rumah bidan. Saya diberitahu saat itu baru bukaan 6 cm. Bidan menanyakan jam
berapa pecah ketuban. Saya kaget karena merasa belum pecah ketuban. Menurut
bidan cairan ketuban saya sudah pecah dan tinggal sedikit. Rupanya saya tidak
menyadari merembesnya cairan itu. Pantas saja saya selalu ingin ke kamar
mandi,berasa basah di celana. Saya disuruh jalan-jalan lagi agar ada kemajuan
bukaan jalan lahir, kembali mengelilingi ruang bersalin di rumah bidan. Namun
hingga pukul 11.00 tidak ada kemajuan tetap stagnan di bukaan 6 cm. Akhirnya
bidan memutuskan bahwa saya harus di rujuk. 12 jam setelah mules pertama
(kontraksi) bayi harus sudah lahir. Berarti pukul 14.00 harus segera
dilahirkan. Ada tiga pilihan, ke rumah sakit AMC Bandung, Rumah Sakit Daerah
Sumedang dan Klinik Bersalin dr. Giandra,SpOG. Dengan pertimbangan jarak terdekat
dan alasan privasi serta izin suamiku, saya memutuskan minta di rujuk ke Klinik
Bersalin dr. Giandra di Jalan Percobaan,Cileunyi,Bandung.
Di dalam mobil di
sepanjang jalan menuju klinik saya harus menahan untuk tidak mengejan. Sakit
sekali memang. Di klinik itu saya langsung di infus dan di suntik induksi. Efek obat yang disuntikkan
mulai terasa beberapa menit kemudian. Sensasi rasa sakit luar biasa setelah
induksi memang wow... melebihi kontraksi alami. Suami menuntun saya berdzikir
dan mengingatkan untuk tidak memejamkan mata.
2,5 jam dalam deraan
sakitnya kontraksi akibat disuntik induksi akhirnya bisa bukaan lengkap, 10 cm.
Dengan di pandu dokter, saya mengejan sekuat tenaga. Alhamdulillah,Allahu
Akbar, akhirnya anak kami yang kelima lahir dengan selamat. Tangis sosok cantik
nan mungil itu membahana di ruang bersalin. Saya memandangnya dengan untaian
tahmid tiada henti dan saya mengajukan pernyataan geli padanya,
"Oh dikau rupanya
yang membuatku susah tidur karena tendanganmu"