Senin, 15 Oktober 2012

Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang



“Tak kenal maka tak sayang” begitu kata pepatah. Meskipun saya berasal dari Semarang,Jawa Tengah saya  senang sekali mengenal sejarah daerah-daerah yang pernah saya tinggali. Saat tinggal di Cirebon saya dan suami menyambangi Keraton Kasepuhan , Keraton Kanoman dan Gua Sunyaragi. 

Dan kini kami sekeluarga tinggal di Sumedang yang adem,hijau dan ramah. Alhamdulillah saya berkesempatan mengunjungi Museum Prabu Geusan Ulun bersama anak-anak.  Jika anda ingin mengenal Sumedang yang sesungguhnya, maka datanglah ke Museum Geusan Ulun di kota Sumedang. 

Museum Prabu Geusan Ulun terletak di jantung kota Sumedang. Berseberangan jalan dengan Masjid Agung Sumedang. Masjid Agung Sumedang ini pernah digunakan pada pernikahan penyanyi cantik bersuara emas asal Sumedang , Rossa, dengan mantan suaminya kini yaitu Yoyok Padi  (drummer grup band Padi).Pernikahan mereka menjadi kenangan spesial masyarakat Sumedang karena jarang terjadi kemeriahan pernikahan di sebuah kota kecil. Mereka disambut dengan barisan masyarakat di pinggir jalan dengan antusias. 

Nama Museum Prabu Geusan Ulun diambil dari nama seorang tokoh karismatik Sumedang yaitu Prabu Geusan Ulun. Jika anda pernah membaca novel “Harisbaya bersuamikan dua raja” ( Pustaka Iman) maka salah satu raja itu adalah Prabu Geusan Ulun.

Kala itu Prabu Geusan Ulun tengah belajar agama Islam di kerajaan Pajang ( Jawa Tengah) dan beliau bertemu putri Harisbaya asal Madura, mereka jatuh cinta. Namun sayang nasib membawa mereka berpisah. Putri Harisbaya dipersunting Pangeran Panembahan  (Raja Cirebon ,keturunan Sunan Gunung Jati) ,sedangkan Prabu Geusan Ulun kembali ke Sumedang menitah kerajaannya. 

Museum dengan arsitektur tradisional Sunda dan berusia lebih dari 300 tahun ini masih terawat dengan baik. Siapa dulu dong yang merawat…^^ pasti orang-orang hebat nan amanah. Bangunannya kokoh dan nampak utuh. Di komplek Museum Prabu Geusan Ulun bersebelahan dengan Gedung Negara yang berfungsi sebagai kediaman resmi bupati Sumedang.Museum ini dikelilingi benteng setinggi 3 meter dengan luas lahan 1,8 hektar. 

Ada 6 Gedung yang berada di komplek Museum Geusan Ulun yaitu:

1. Srimanganti

Gedung Srimanganti

Gedung ini didirikan tahun 1706 oleh Bupati Dalem Adipati Tanumaja,yang memindahkan pusat kota kabupaten dari Tegal Kalong ke tempat ini. Sampai tahun 1950 gedung Srimanganti dijadikan kediaman resmi bupati dan keluarganya. Antara tahun 1950-1981 Gedung Srimanganti dipergunakan sebagai kantor pemkab Sumedang. Dan tahun 1982 Gedung Srimanganti bersama Gedung Bumi Kaler dipugar.
Setelah pemugaran diserahkan kepada yayasan Pangeran Sumedang oleh Direktur Kebudayaan Depdikbud. Gedung Srimanganti dan Gedung Bumi Kaler masuk dalam Monumenter Ordonantie 1931 sebagai benda cagar budaya.

Di Gedung Srimanganti disimpan benda-benda sejarah diantaranya:

a. Meriam Kalantaka,peninggalanKompeni tahun 1656
b. Gamelan-gamelan ,meliputi
c. Gamelan Panglipur , peninggalan Pangeran Rangga Gede (1625-1633)
d.Gamelan Pangasih , peninggalan Pangeran Kornel (1791-1828)
e.Gamelan Sari Arum , peninggalan Pageran Sugih (1836-1882)

Namun gamelan-gamelan ini kemudian dipindahkan ke Gedung Gamelan.


2. Gedung Bumi Kaler 

Didirikan tahun 1850 pada masa pemerintahan Pangeran Kusuma Adinata  atau Pangeran Sugih. Bentuk arsitekturnya khas Sunda,Julang Napak. Dibuat dari kayu jati.
Dalam Gedung Bumi Kaler tersimpan bendar diantaranya :

a. Kitab/naskah kuno, diantaranya :  Al Quran tulisan tangan pada abad 19 ; Kitab Waruga  Jagat ,awal abad 18;Kitab  Riwayat abad 19 dengan huruf pegon
b. Kumpulan koleksi uang kuno dalari dalam dan luar negeri.
c. Puade, yaitu tempat anak dikhitan pada abad 19
d. Payung kebesaran abad 17, abad 18 dan  abad 19
f. Jam berdiri peninggalan Pangeran Suria Atmaja
g. Buku-buku di ruang perpustakaan

 Al Quran yang ditulis dengan tangan

 Kitab dan Naskah Kuno

Koin-Koin Kuno

   

3. Gedung Gendeng

Azka di depan Gedung Gendeng

Gedung Gendeng dibangun tahun 1850 oleh Pangeran Suria Kusumah Adinata untuk menyimpan pusaka, gamelan dan senjata-senjata peninggalan leluhur. Gedung ini mengalami pemugaran pada tahun 1950, tepat seratus tahun usia gedung ini *kagum saya pada kekokohan gedung ini, coba pemerintah membangun gedung yang dapat bertahan setua ini…^^*
Pada tahun 1990 koleksi pusaka di gedung Gendeng dipindahkan ke Gedung Pusaka.

4. Gedung Gamelan

Gedung Gamelan

Yup. Sesuai namanya, Gedung Gamelan untuk menyimpan perangkat Gamelan dan alat musik tradisional lainnya. Gedung ini juga digunakan sebagai latihan tari-tarian.
Gedung Gamelan didirikan atas sumbangan dari Bapak Ali Sadikin ,gubernur DKI Jakarta saat itu. Diserahkan oleh Pemkab Sumedang  kepada yayasan Pangeran Sumedang.
Dalam Gedumg Gamelan tersimpan:
a. Gamelan Sari Onemg Parakan Salak, peninggalan abad 19. Gamelan ini pernah dibawa pada pameran di Amsterdam , Belanda pada tahun 1883. Lalu di Paris,Perancis tahun 1889 dan Chicago,AS tahun 1893
b. Gamelan Sari Oneng Mataram, peninggalan Pangeran Panembahan di abad 17
c. Gamelan Sekar Manis, abad 18
d. Gamelan Sekar Oneng ,abad 18
e. Gamelan Sanglir,abad 18


5. Gedung Pusaka
Gedung Pusaka

Gedung Pusaka didirikan tahun 1990 atas usaha dari warga Sumedang . Biaya pembangunannya berasal dari pagelaran sendra tari Sekar Tandang Pamiangan karya R.E Lesmana Kartadikusumah seorang ahli tari di kota Sumedang. Sendra tari ini pernah mementaskan kisah penobatan Prabu Geusan Ulun yang pernah terjadi di tahun 1578.z
Di Gedung Pusaka tersimpan benda pusaka diantaranya:
1.                    Mahkota Binokasih Sang Hyang Pake dan Siger dari Pajajaran yang dipakai waktu penobatan Geusan Ulun tahun 1578
2.                   Berbagai macam kujang (senjata tradisional Jawa Barat) dan patrem.
3.                   Tombak Trisula dan Tombak  Polos
4.                   Berbagai macam Gobang, keris –keris peninggalan zaman Mataram
5.                   Keris-keris pusaka:
·                     Keris Ki Dukun , milik Prabu Gajah Agung pada abad 15
·                      Batik Curuk Aul, milik Embah Jaya Perkasa abad 16
·                      Pedang Ki Mastak ,peninggalan Prabu Tajimalela abad 15
·                      Pedang Ki Mastak ,peninggalan Prabu Tajimalela abad 15

6. Gedung Kereta

Gedung ini di bangun pada akhir tahun 1996 untuk menyimpan  Kereta Naga Paksi yang merupakan kereta kebesaran kerajaan Sumedang. Sekilas mirip dengan Kereta Naga Paksi Liman  di Cirebon  karena leluhur Sumedang masa itu yaitu Pangeran Santri berasal dari Cirebon. Pangeran Santri adalah tokoh penyebar agama Islam di Sumedang. 

Kereta Naga Paksi

Kereta Naga Paksi sangat indah, menunjukkan kemegahan pada masanya. Tempat duduknya beratap diletakkan pada tengah badan kereta.
Kereta ini mempunyai 3 bagian hewan dalam satu tubuh, yaitu :
1.                   Bagian Kepala: berbentuk kepala gajah memakai mahkota Sang Hyang Pake Binokasih, pada lehernya terdapat kalung ukiran.
2.                  Bagian Badan : berbentuk badan ular yang bersisik, pada ekornya terdapat gelang.
3.                  Bagian Sayap : berbentuk sayap Burung Garuda, menutupi sebagian badan. 
 Pengunjung yang datang akan di pandu dengan denah museum, jadi tak perlu takut.


Koleksi Museum Prabu Geusan Ulun : Foto-foto ini lebih banyak bercerita tentang sejarah Sumedang.



Lukisan Pangeran Kornel menjabat tangan Daendels dengan tangan kiri


 Baju Tolak Bala ,peninggalan Pangeran Sugih (Adipati Kusumah Adinata), bertuliskan ayat suci Al-Quran

  

 Mahkota Binokasih Sanghyang Pake dan Siger Mahkota Binokasih Sanghyang Pake
  
 Ilustrasi Penobatan Raja Sumedang 
  
Keris Ki Dukun milik Prabu Gajah Agung

Alhamdulillah kunjungan ke Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang  terasa mengasyikkan. Sejarah masa lalu sebuah bangsa bisa dirasakan di museum ini.
Azka dan Afif disisi Kereta Naga Paksi 



Sumber :  
·   Buku Mengenal Museum Prabu Geusan Ulun Serta Riwayat Leluhur Sumedang,disusun oleh R. Nanang Suryaman, R. Yeni Mulyani Sunarya dan R. Abdul Syukur

·   Foto-foto dari dokumen pribadi.

Senin, 17 September 2012

Tahu Sumedang



Saya awali tulisan di blog saya ini dengan serba-serbi daerah saya, yaitu Sumedang. Sumedang dikenal dengan julukan kota tahu. Haiyya kota tahu. Makanan rakyat yang berbahan baku dari kacang kedelai ini biasa berdampingan dengan sahabatnya yaitu tempe.namun tahu sumedang berbeda dari tahu umumnya di Indonesia. Tahu Sumedang sangat khas dengan kulit remah yang renyah dan gurih.

Jika anda menyusuri Jalan Raya Bandung-Sumedang , di sekitar pintu tol Cileunyi atau di pusat kota Sumedang maka anda akan dengan mudah menjumpai penjual tahu sumedang. Salah satu yang sangat terkenal adalah tahu Boen Keng. Perlu diketahu tahu Boen Keng merupakan cikal bakal Tahu Sumedang .

Pembuatan tahu Boen Keng diawali pada tahun 1917 oleh  seorang imigran China bernama Ong Kino.Saat  itu Ong Kino membuat tahu sekedar untuk konsumsi keluarganya. Jika ada teman-teman bertandang ke rumahnya Ong Kino menyuguhkan tahu buatannya.

Karena tahu buatannya sangat disukai teman-temannya,Ong Kino kemudian menjajakan tahu tersebut pada masyarakat disekitarnya. 

Suatu ketika Pangeran Soeriaatmadja mampir ke Tegal Kalong, tempat Ong Kino memproduksi tahu . Tak disangka  beliau mengatakan bahwa tahu itu akan laku keras jika dijual . Dan benar saja tahu dalam bahasa China disebut ”daging tak bertulang” buatan Ong Kino ini kemudian menjadi ikon Tahu Sumedang yang kita kenal sekarang. Namun, tahu ini baru menggunakan merek Boen Keng pada tahun 1960-an. Ketika itu, Ong Kino kembali ke China dan usaha pembuatan tahu diteruskan anaknya, Boen Keng.lalu usaha ini  beralih kepada salah seorang dari lima anaknya, yakni Ukim. Sejak tahun 1995 hingga sekarang, usaha tersebut dipegang Suriadi, salah seorang dari tujuh anak Ukim. Suriadi adalah generasi keempat pengelola tahu Boen Keng.