Selasa, 12 November 2013

Kelahiran Anak Kelima




Seorang putri telah hadir di rumah kami tanggal 10 November 2013  pada  pukul 13.30. Alhamdulillah lahir secara normal di sebuah klinik bersalin di Bandung. Dengan berat badan 3,6 Kg dan panjang 52 cm.
Senandung azan dan iqomah dikumandangkan lirih oleh suami di telinga kanan dan kiri putri kami . Tak terasa air mata ini membasahi pipi. Deraan rasa sakit selama hampir 12 jam terbayar dengan kehadiran sosok kecil nan cantik dengan tangis kerasnya di ruang bersalin.
Meskipun sudah lima kali melahirkan, tetap saja terselip rasa takut saat melahirkan. Kehamilan sudah memasuki 40 minggu saat itu. Saya merasakan kontraksi pukul 02.00 dini hari. Di setiap jeda kontraksi sebisa mungkin saya jalan-jalan. Jika kontraksi datang saya duduk , kembali mondar mandir antara ruang tamu dan kamar tidur jika tidak ada kontraksi.Kontraksi datang pertama kali di pinggang bagian belakang lalu memutar ke perut bagian depan. Jurus ampuh mengurangi nyeri kontraksi adalah berdzikir sambil membayangkan pertemuan dengan bayi. Dia sedang berjuang untuk keluar, saya harus membantunya.  Saya hitung waktu datangnya kontraksi, dari setengah jam sekali hingga akhirnya 5 menit sekali.
Saya belum pernah ikut hypnobirthing atau senam hamil di sebuah kelas dengan pemandu, karena kendala waktu dan jarak yang jauh dari rumah. Saya cukup mencari info di internet yang banyak bertebaran tentang hypnobirthing. Ide dasar hypnobirthing, melahirkan tanpa rasa sakit yaitu dengan mengendalikan pikiran dan perasaan kita saat kontraksi datang menyapa.  Salah satu yang saya lakukan adalah mengalihkan objek pandangan mata saya pada foto anak-anak di album keluarga, memeriksa kembali perlengkapan persalinan, dan membayangkan saat indah pernikahan dengan suami tercinta. Saya ambil salah satu baju bayi berwarna pink cantik, sambil membayangkan bayi saya akan memakainya nanti. Ah saya nikmati sensasi cinta kehadiran bayi . Kontraksi datang memberitakan bayi saya sedang berjuang untuk lahir.
Pukul 08.00 pagi saat kontraksi sudah 5 menit sekali itu,dengan diantar suami, saya berangkat ke rumah bidan. Saya diberitahu saat itu baru bukaan 6 cm. Bidan menanyakan jam berapa pecah ketuban. Saya kaget karena merasa belum pecah ketuban. Menurut bidan cairan ketuban saya sudah pecah dan tinggal sedikit. Rupanya saya tidak menyadari merembesnya cairan itu. Pantas saja saya selalu ingin ke kamar mandi,berasa basah di celana. Saya disuruh jalan-jalan lagi agar ada kemajuan bukaan jalan lahir, kembali mengelilingi ruang bersalin di rumah bidan. Namun hingga pukul 11.00 tidak ada kemajuan tetap stagnan di bukaan 6 cm. Akhirnya bidan memutuskan bahwa saya harus di rujuk. 12 jam setelah mules pertama (kontraksi) bayi harus sudah lahir. Berarti pukul 14.00 harus segera dilahirkan. Ada tiga pilihan, ke rumah sakit AMC Bandung, Rumah Sakit Daerah Sumedang dan Klinik Bersalin dr. Giandra,SpOG. Dengan pertimbangan jarak terdekat dan alasan privasi serta izin suamiku, saya memutuskan minta di rujuk ke Klinik Bersalin dr. Giandra di Jalan Percobaan,Cileunyi,Bandung.
Di dalam mobil di sepanjang jalan menuju klinik saya harus menahan untuk tidak mengejan. Sakit sekali memang. Di klinik itu saya langsung di infus dan  di suntik induksi. Efek obat yang disuntikkan mulai terasa beberapa menit kemudian. Sensasi rasa sakit luar biasa setelah induksi memang wow... melebihi kontraksi alami. Suami menuntun saya berdzikir dan mengingatkan untuk tidak memejamkan mata.
2,5 jam dalam deraan sakitnya kontraksi akibat disuntik induksi akhirnya bisa bukaan lengkap, 10 cm. Dengan di pandu dokter, saya mengejan sekuat tenaga. Alhamdulillah,Allahu Akbar, akhirnya anak kami yang kelima lahir dengan selamat. Tangis sosok cantik nan mungil itu membahana di ruang bersalin. Saya memandangnya dengan untaian tahmid tiada henti dan saya mengajukan pernyataan geli padanya,
"Oh dikau rupanya yang membuatku susah tidur karena tendanganmu"

Kamis, 20 Juni 2013

Memburu Buku Nyata di Dunia Maya

Kami sekeluarga hobi membaca. Buku ibarat  jendela dunia dan sumber ilmu. Sebagai orangtua, kami sengaja mengurangi acara nonton  televisi dari agenda harian anak-anak dan memperbanyak kegiatan membaca dengan menyediakan perpustakaan kecil di rumah. Meskipun ada pilihan acara di televisi tapi pengaruh negatifnya jauh lebih banyak daripada nilai positifnya, terutama iklan dan sinetron/film yang terkesan asal bicara asal laku saja. Alhamdulillah ke-empat anak kami mendapat banyak manfaat dari hobi baca buku tersebut, misalnya mempraktekan kerajinan tangan dari buku yang habis dibacanya,melakukan percobaan sains di rumah dan keinginan untuk membuat tulisan sendiri.
Sayangnya kami tinggal di sebuah desa di Sumedang. Jika ingin membeli buku harus naik angkutan umum melewati satu-satunya akses jalan provinsi Sumedang-Bandung yang selalu macet baik karena ada pasar  tradisional, jam pulang pergi karyawan asal Sumedang yang banyak bekerja di kota Bandung maupun jalan-jalan yang rusak. Di dalam angkutan umum, oh menyedihkan sekali,sudah pengap,panas dan sesak ditambah lagi jika ada kepulan asap rokok dari sopir atau salah satu penumpang, lemes deh!, kalau sudah begitu terpaksa turun karena saya sering bawa anak-anak, bukankah asap rokok berbahaya bagi kesehatan mereka?. Toko buku terdekat yang lumayan besar adalah Tisera di Jatinangor Town Square tapi kurang lengkap. Ada juga lapak-lapak buku di sekitar kawasan pendidikan Jatinangor (disitu terdapat beberapa perguruan tinggi  seperti Universitas Padjajaran, ITB dan Ikopin) tapi jarang menjual buku-buku anak. Jika ingin mendapat buku-buku lengkap dan bervariasi maka kami harus pergi ke kota Bandung, menyambangi pasar buku Palasari, toko buku Gramedia dan toko buku Gunung Agung ataupun pasar buku bekas di kawasan Cikapundung. Jalan-jalan di kota Bandung sering macet, jadilah  acara beli buku adalah saat menghabiskan waktu di jalan. Wew! Ketika pulangpun kadangkala anak tertidur di pangkuan, ditambah buku hasil perburuan tak kalah beratnya (karena jaraknya jauh kami selalu membeli buku dalam jumlah banyak). Beberapa kali turun  angkutan jika ada yang merokok, membuat ongkos transportasi jadi lebih mahal.
Alhamdulillah sejak setahun lalu kami memasang internet di rumah. Saya mengetahui alamat beberapa website penerbit yang menjual buku secara online dari bagian cover belakang buku terbitan mereka. Selain itu pertemanan di Facebook juga banyak memberikan informasi penjualan buku online. Kamipun mulai mengalihkan acara beli buku ke toko buku online (meskipun masih ke toko buku terdekat).
Pertama kali belanja buku online di www.mizan.com dan www.halamanmoeka.com, pelayanannya lewat email dan terhubung dengan facebook mereka. Saya merasa lebih percaya dengan toko buku online  yang terhubung dengan Facebook sebab buku-buku yang di pajang di fanspage Facebook menandakan ketersediaan buku mereka yang up to date,  lalu jika ada pertanyaan seputar buku yang diperdagangkan, mereka cepat merespon. Senangnya lagi jika ada halaman buku bekas yang cacat mereka mau memperlihatkan lewat foto di fanspagenya, sehingga kita diberi pilihan membeli atau membatalkannya. Langganan kami di Facebook adalah Bukukoe, Aruna omah buku , Booklovers dan Buku Anak Muslimkoe. Alhamdulillah selama ini kiriman buku cukup lancar. Kalaupun  ada masalah adalah memesan buku di akhir tahun yang  terdapat banyak hari libur dan pelayanan perusahaan jasa pengiriman yang padat. Seperti saat pesan buku di Mizan pada bulan Desember lalu, saya sempat komplain di Facebook Mizan tapi langsung direspon ,sih. Dan kiriman buku dari Mizan kami terima setelah tahun baru (sebulan kemudian). Di toko-toko buku online ini kadang ada diskon harga. Tak jarang pula saya menemukan buku-buku anak bekas yang pernah saya baca di masa kecil dulu dan buku yang sudah tidak diterbitkan lagi, misalnya buku Seri Pustaka Dasar ( terbitan Gramedia) , Kisah dari Taman Wortel, serial Martine dan sebagainya.
Belanja di toko buku maya justru banyak pilihan, baru maupun bekas, pesanan buku lebih banyak jumlahnya dibandingkan membeli di toko buku nyata. Meskipun ada beban ongkos kirim itu tidak seberapa dibanding kelelahan berat dan waktu yang terbuang di jalan jika kami beli buku di Bandung.  Belanja buku Online juga membebaskan saya dari masalah kemacetan, asap rokok dan bawaan berat. 
Tips membeli buku lewat  online :
1.   Pilih toko buku online yang terhubung dengan Facebook atau twitter.
2.   Hindari membeli buku di akhir tahun karena banyak hari libur.
Selamat berbelanja buku online yaa...^^ 

 

Sabtu, 01 Juni 2013

Resensi Novel To Kill A Mockingbird


Judul Buku :  To Kill A Mockingbird
Penulis         :  Harper Lee
Terbitan       : Warner Book,Inc. Tahun 1960
Hak Penerbitan dan Penerjemahan : Penerbit Qanita
Penerjemah        :  Femmy Syahrani
Tebal Buku         :   533 halaman

Jem berusia dua belas tahun. Susah hidup dengannya;dia tidak konsisten dan suasana hatinya sering berubah. Selera makannya mengerikan,dan berkali-kali dia bilang agar aku tak mengganggunya, sampai aku berkonsultasi kepada Atticus ”mungkin dia cacingan?” Atticus bilang,tidak,Jem sedang tumbuh. Aku harus bersabar dan sesedikit mungkin menggangunya.

Salah satu petikan kegalauan Scout Finch tentang kakaknya yang mulai remaja (halaman 223).

Novel yang mendapatkan penghargaan Pulitzer ini ditulis Harper Lee dengan kisah yang  indah dan bahasa yang mudah dimengerti tentang keluarga kulit putih yang tinggal di Maycomb,Alabama Amerika serikat. Bercerita dari sudut pandang gadis kecil berusia delapan tahun bernama Scout Finch. Ibunya telah lama meninggal dunia. Scout, kakaknya, Jem Finch dan ayahnya,Atticus Finch yang berprofesi sebagai pengacara, hidup saling menyayangi dan dekat satu sama lain. Perlakuan rasis dikalangan kulit putih atas kulit hitam  membawa Atticus Finch, yang memiliki sorang pembantu berkulit hitam bernama Calpurnia, tergerak untuk membela seorang pemuda kulit hitam yang dituduh memperkosa seorang gadis kulit putih. Kehidupan Atticus Finch dan anak-anaknya seolah bermain dengan nurani-nurani yang murni, membela keadilan di tengah isu appartheid meskipun jiwanya terancam.

Dialog segar khas anak-anak mewarnai buku ini. Scout pernah dimarahi gurunya karena sudah pandai membaca dan menulis saat pertama masuk sekolah di usia enam tahun. Ia menyalahkan Calpurnia yang biasa menghukumnya menyalin buku jika nakal, atau ayahnya yang selalu mempersilakan pangkuannya menjadi tempat bersandar dan menemani  kebiasaan Atticus Finch membaca koran. Scout tak menyadari ia bisa karena ada kebiasaan di rumah. Bandingkan dengan Indonesia, anak kelas satu SD sudah harus bisa membaca dan menulis. 

Selain Jem ada anak lucu bernama Dill yang bilang “Scout adalah gadis yang akan dicintainya” namun Dill selalu lupa akan hal itu. Mereka bertiga selalu penasaran dan mencoba mendekati rumah keluarga Radley yang konon mengurung Boo Radley selama bertahun – tahun. Boo tak pernah terkena sinar matahari dan misterius. Ketiga anak itu meyakini jika terdengar suara gemerisik di malam hari itu adalah Boo yang sedang mencari darah. Anehnya setiap melewati Radley Place sepulang sekolah, mereka menemukan aneka mainan dan  jam rantai tertempel dengan permen karet di sebuah pohon di depan rumah angker itu, seolah ditujukan untuk mereka.  

Di kisah lain Atticus meminta Jem bersikap layaknya lelaki terhormat terhadap tetangga mereka karena Jem telah merusak tanaman kamelianya. Atticus berkata dengan lembut kepada Jem untuk bertanggungjawab. Tetangga mereka adalah seorang perempuan tua yang kecanduan morfin, menghukum Jem membacakan buku setiap sore selama sebulan. Scout menemani Jem meskipun Mrs. Dubose  pernah menyindir overall yang dipakainya daripada memakai rok sebagaimana anak perempuan umumnya.  

Warga Maycomb seolah terpecah menjadi dua saat Atticus Finch ditunjuk pengadilan untuk menjadi pengacara seorang kulit hitam bernama Tom Robinson. Ada yang mendukung tapi lebih banyak yang mencibir tindakan Atticus. Jem selalu bangga dan membela ayahnya  sedangkan Scout yang polos tapi tomboy mengekor kakaknya. 


Novel ini adalah novel pertama dan satu-satunya yang ditulis Harper Lee. Sayangnya beliau seolah menutup diri untuk tidak menulis lagi setelahnya tanpa alasan yang jelas. Penerbit Qanita telah mengemas dalam gold edition dengan sampul biru yang menarik bergambar seorang gadis kecil memakai overall memandang burung,yang saya kira burung mockingbird. Di buku ini dijelaskan burung jenis ini tidak boleh bunuh siapapun. Ingin tahu sebabnya silakan Anda baca buku ini. Dijamin Anda tak akan bosan membaca buku ini berulang kali.


Kamis, 30 Mei 2013

Yuk Mendokumentasikan Karya Anak

Bahagia dan bangga rasanya jika buah hati tercinta menciptakan sebuah karya, sesederhana apapun karyanya adalah kreatifitas. Hasilnya jangan dibiarkan rusak apalagi dibuang terus dilupakan begitu saja … abadikanlah dengan foto dan coba pajang karyanya di ruang tamu. 


Di ruang tamu rumah kami persis seperti galeri pamer. Karya tiga anak kami terpajang disana. Kami juga mendokumentasikan karya-karya mereka lewat foto. Semua kami lakukan sebagai wujud cinta dan penghargaan atas kreatifitas anak-anak. Foto-foto akan lebih abadi meski karyanya telah rusak/hilang.

Ruang tamu sebagai galeri pamer
Rumah dari kardus dan koran bekas (Aisyah)
Kepiting dari stik es (Afif)
Sandal dari karpet bekas (Azka)
Origami bentuk robot dari HVS bekas kotretan (Afif)
Vas bunga dari stik es (Aisyah)


Jika Anda bepergian jangan buang botol air mineral kemasan, jagan buang tutup air mineral kemasan galon di rumah dan simpan koran bekas (jangan dikilokan semua di tukang loak ya). Untuk kardus bekas mie instan kami beli seharga Rp.1000 per kardus di warung kelontong. Karung beraspun bisa menjadi kantong penyimpan "harta karun" ini.  Anak-anak sedari dini perlu kita ajarkan mendaur ulang sampah, mengurangi sampah anorganik seperti botol plastik,tutup botol,dan styrofoam.

Sebagian mobil-mobilan buatan Afif dari botol Pocari Sweat  dan Frestea,rodanya tutup Aqua, ada bak mobil dari styrofoam eks Koko Crunch

Afif sangat rajin membuat mobil-mobilan

Afif sedang melubangi pipa dengan suryakanta/kaca pembesar untuk membuat busur panah

 Mobil dari kotak makanan Pia Legong Bali,tutup Aqua galon dan pipa bekas (Afif)

 Sebagai orangtua yang minim pengetahuan kami hanya bisa memfasilitasi dan membimbing mereka semampu kami. Untuk hobi menggambar tiap bulan kami membeli kertas HVS satu rim, sebab jika pakai buku gambar alangkah borosnya karena mereka menggambar hampir setiap saat. Kami juga membelikan masing-masing anak sepaket crayon ,cat air, pensil warna dan spidol. Suka-suka anak mau memakai media apa dan alat apa untuk menggambar. Anak-anak tidak ikut les menggambar/melukis pada suatu sanggar  lukis manapun. Kebetulan anak-anak suka membaca majalah Bobo dan koran (Kompas Anak dan Pe-eR Kecil). Kebanyakan anak-anak mencontoh cara mewarnai di rubrik hasil gambar di media massa. Kemudian mengembangkan dengan gayanya sendiri. Kak Aisyah yang paling juara soal ketelitian dan ketekunan dalam menggambar. Kak Aisyah ini  mengidolakan dan berteman di Facebook dengan Bapak Iwan Darmawan, ilustrator Cerita di Negeri Dongeng majalah Bobo. Pak Iwan yang melukis tokoh Oki dan Nirmala. Beliau memiliki ciri khas memberikan sentuhan batik dan budaya dalam ilustrasinya.


Kak Aisyah berlatih setiap saat

Gambar penghijauan mengurangi polusi udara dan mencegah bencana banjir (Aisyah)

Anak-anak biasa memiliki imajinasi,lalu dituangkan dalam bentuk nyata dengan pengerjaan yang tekun.Kemudian dipamerkan kepada orang dewasa seolah mengatakan “ Yes,aku pun bisa ”


Bersama mengasuh adik Zahira sambil membuat rumah kelomang. Bahannya dari kardus bekas dan kerang-kerangan hasil memungut di pantai Pangandaran saat liburan


Taraa... rumah kelomang Azka pun jadi.Kelomang-kelomang Azka sudah masuk. Tak lupa ditaruh foto pemiliknya




Minggu, 03 Maret 2013

Stok Rendang, Aku Makin Cinta Padamu



     Ruly mengelus perutnya yang membesar sambil bicara lirih pada bayi dalam kandungannya. Ia tertawa kecil jika matanya melirik ke arah Baskoro, suaminya. Namun lelaki ganteng itu tahu pasti bayinya minta rendang lagi.
      Sejak dinyatakan positif hamil Ruly ngidam makan rendang, Awalnya ia merasa giginya jadi sensitif dan sering menggeretakkan gigi geliginya. Lalu ia merasa ada sensasi gemas ketika menggigit daging kenyal berbumbu gurih bernama rendang itu. Jadilah Ruly ketagihan.
    Demi istrinya,Baskoro menyetok banyak rendang di lemari es. Ia beli di restoran Minang dan membungkusnya dengan plastik untuk di taruh di Freezer. Jika Ruly kumat ngidamnya Baskoro tinggal mengeluarkannya dan menghangatkannya. Jadi tak perlu susah payah seperti diawal ngidamnya.    
   Waktu itu Baskoro dibuat kelimpungan. Baru saja pulang kerja dari shift malam di perusahaan garmen Ruly menyambutnya dengan rengekan ingin makan rendang. Baskoro segera meluncur ke jalan raya sambil membayangkan anaknya akan ngiler jika keinginan Ruly tak dituruti. Baskoro tahu rendang yang sudah meng-Indonesia itu sebenarnya mudah di dapat baik di restoran minang maupun di warteg pinggiran, tapi siapa yang jual di malam hari? keluh Baskoro. Malam yang dingin dan gerimis tak membuat Baskoro menyerah. Setelah cukup lama berkendara motor akhirnya ia menemukan warteg yang baru akan ditutup pemiliknya. Letaknya di pojok jalan dan suasana remang-remang di bawah rindang flamboyan membuat warteg itu hampir saja terlewatkan.
      “Pak, ada rendang ndak?” tanya Baskoro pada orang itu . Lelaki itu manggut-manggut
Lega hati Baskoro. Baskoro segera turun dari motornya. Ups lelaki itu masih mangut-manggut dan tersenyum. Bapak tua itu malah berjoget sambil memasang papan penutup warung.
     “Pak” Baskoro mencoleknya
   Ono opo to ,Le” lelaki itu kaget sambil membuka earphone-nya. Wuih bapak gaul. Lalu Baskoro mengulang pertanyaannya.
     “O sudah habis. Tinggal … dua potong di wajan buat sarapan kami besok. Itu saja sudah ndak layak santap” kata bapak tua itu dengan heran malam - malam begini ada orang yang mencari rendang.
      “Istri saya sedang hamil, ngidam rendang” kata Baskoro menjelaskan.
    “Biarin,Pak, saya beli saja buat istri saya.Bapak sarapan saja sama telor goreng besok” Wuih Baskoro ikut mengatur menu sarapan pemilik warung makan.
      Wis kowok lho ,Le” Bapak gaul itu mengingatkan
      Mboten menopo Pak”kata Baskoro tidak peduli yang penting ada rendang di tangan.
Lalu bapak tua itu menenteng HP Samsung Galaxy-nya masuk ke dalam sambil melirik geli pada seragam kerja Baskoro yang basah. Perjuangan seorang calon ayah ,batinnya.
        “Sudah buat kamu saja” kata bapak tua itu ketika melihat Baskoro mengeluarkan dompet.      Maturnuwun , Pak ” Baskoro melonjak kegirangan.  Ia menerima bungkusan  plastik beraroma rendang itu seolah menerima jimat. Ia menyalami tangannya penuh hormat. Bapak gaul itu tergagap melihat tingkah Baskoro. Irama campur sari dari telepon seluler bapak gaul kembali mengalun riang, seriang wajah Baskoro pula.
      Namun sesampai di rumah Ruly sudah tidur. Jadilah rendang masuk ke lemari es. Pagi harinya Ruly menanyakan rendangnya. Setelah di buka Ruly melengos.
       “Aku kok jadi ndak selera makan” kata Ruly ketika mendapati rendang itu sudah tidak utuh dagingnya. Namun tak kurang akal Baskoro yang hobi masak itu menyuir-nyuir daging rendang lalu di masaknya lagi. Sambil menasehati Ruly tentang syukur nikmat ia mengambil nasi dari magic jar dan mengepal-ngepalkannya dengan kedua tangannya yang berplastik bening. Kemudian diisi dengan abon rendang. Mirip lemper nasi tanpa daun. Ruly diam saja sambil mengamati bulatan- bulatan nasi putih tertata di piringnya dan terpaksa memakan nasi kepal isi abon rendang itu.
       “Wah gurih, Mas” Kata Ruly kemudian
Baskoro senang melihat binar di mata istrinya. Ternyata abon rendang yag dibuat dengan cinta dengan sedikit wejangan ala suami bisa membuat Ruly nurut.
     Malam berikutnya sepi permintaan. Namun dua hari kemudian Ruly merajuk lagi tanpa tedeng aling-aling sambil menangis. Meski lelah sepulang badminton dengan kumpulan bapak-bapak RT dan bayangan anaknya yang ngiler memacu Baskoro berburu rendang lagi. Kali ini lewat telepon. Untung ia bercerita tentang Ruly sebelumnya pada Wahyudi.
     Wis kesini saja, aku dapat makanan melimpah dari tetangga yang habis hajatan. Rendangnya masih anget lhooo” kata Wahyudi di seberang telepon sana. Meskipun jaraknya lebih jauh dari warteg bapak gaul dulu  Baskoro tetap menyambangi rumah teman kerjanya itu. Wahyudi membawakan serantang rendang.
     Ruly memeluk sayang pinggang Baskoro begitu suaminya turun dari motor. Baskoro ikut menemani makan bahkan habis dua piring nasi. Sedangkan istrinya hanya memakan sedikit.
      “Kenapa ,dek, apa ndak enak?” tanya Baskoro heran.
      “Sebenarnya sudah kenyang , mas” jawab Ruly.
      “Oh rasa kenyang itu karena ada si bayi di kandunganmu“ kata Baskoro
      “Bukaan mas, mm…maaf tadi aku ndak sabar nunggu jadi aku minta ibu mbawain rendang kesini. Aku baru tahu ternyata ibu masak rendang kok”  kata Ruly tanpa beban. Ibu mertuanya memang tinggal di rumah sebelah.
      “Woalah kok ndak bilang…”
   “Tadi mas  tiba-tiba berangkat sih ” Ruly segera menyahut dengan lembut kata-kata suaminya. Baskoro menahan dongkol.Sabar menghadapi wanita hamil.
     Dengan menyetok rendang di lemari es dan demi menghemat tenaga istrinya memasak di dapur. Baskoro rela makan lauk rendang tiap hari. Baskoro tahu wanita hamil tidak boleh lama-la berdiri,termasuk memasak di dapur nanti kakinya bisa bengkak Jika bosan dengan rendang itu Baskoro menggorengnya lalu dihias selada , jagung manis dan wortel yang direbus.Makannya pakai garpu dan pisau. Jadilah steak rendang. Ruly jadi terharu melihat suaminya yang kreatif dengan rendang-rendangnya. Ruly menulis di kertas merah jambu “Karena rendang aku makin cinta mas Baskoro”.
                                                                               - - -
Tulisan ini saya sertakan dalam Lomba Gado-Gado majalah Femina bertema "Rendang" bekerjasama dengan Rendang Journey (Rajou), karena berbentuk cerpen jadi cuma dapat juara harapan saja! Alhamdulillah, surprise tulisan ini adalah tulisan pertama yang saya kirim untuk lomba.Kirim tanggal 10 Oktober 2012 dan diumumkan 18 November. Hadiahnya uang Rp. 500.000 ,lumayan 'kan.

Pengumumannya ada di : http://www.facebook.com