Jumat, 08 April 2016

Meningitis Menyapa Anakku

Tanda-tanda sakit Meningitis,sumber dari www.MeningitisNow.org

Takdir Allah begitu nampak nyata di depan mata. Tak ada yang salah dengan takdir-Nya, selalu indah untuk dimaknai. Seindah raut wajah si sulung yang telah pergi mendahului kami. Terakhir Aisyah bersekolah di SMAN 5 Depok. Suatu kebahagiaan diterima di sekolah itu. 

Beberapa kali teman-temannya dari SMA 5 datang ke rumah, semakin membuat hati ini pilu. Setiap bertemu gadis-gadis berseragam SMA selalu mengingatkan pada sosok si sulung.

17 tahun lalu Aisyah lahir di rumah sakit Banjar kabupaten Ciamis tanpa ditunggui abinya. Doa-doa telantun untuknya yang terpaksa divakum saat lahir. Pilu melihatnya dengan dua luka di kepalanya yang memanjang akibat tindakan vakum itu. Selama seminggu lebih kepalanya seperti itu. Mungkin alat vakum di RS daerah itu, 17 tahun lalu, tak sebaik sekarang. Namun ia pun dapat tumbuh sehat. 

Awal bersekolah di SMP negeri Tanjungsari Sumedang, ia mendapat kecelakaan dan sempat pingsan. Aisyah tak mau di CT Scan karena merasa baik-baik saja.

Selulus SMP, ia sempat melanjutkan di pesantren untuk menghafal Al-Quran. Namun karena sering sakit dan pulang ke rumah, kami memutuskan untuk memindahkan ke sekolah terdekat. 

Masih ingat saat mendatangi sebuah SMA negeri, seorang staff guru berbicara yang intinya perlu sejumlah uang untuk masuk. Aisyah mengatakan "Jangan,mi. Itu haram,sama saja menyuap. Aku nggak mau masuk sekolah ini. NEM aku besar bisa diterima di sekolah lain,"

Setelah pindah di Depok, ia mendaftar sendiri lewat PPDB online tahun lalu dan diterima di sebuah sekolah terbaik di kota Depok ini. Apakah karena kebijakan kurikulum 13, anak mesti pulang sore setiap hari Senin hingga Jumat. Belum lagi kegiatan ekskul PMR dan Rohis yang diikutinya. Dari Senin hingga Minggu , dari pagi hingga sore Aisyah mengikuti kegiatan itu, termasuk Liqo dan persiapan lomba. Kakak masuk kepanitiaan Semeru untuk kegitan outing PMR. Ia pun sering mengeluh sakit kepala dan kelelahan. Tanpa di tanya pun nampak wajahnya yang kelelahan. Biasanya ia meminum obat paracetamol dan tidur. 

Dua bulan terakhir sebelum ia meninggal, Aisyah nampak lebih pendiam dan dewasa. Biasanya ia akan langsung mengatakan  apa saja yang dirasakan atau tidak disukainya, kali itu tak lagi, banyak diam dan mengalah.

Kami benar-benar seperti kecurian waktu. Aisyah menjadi sering tidur, bangun untuk sholat subuh dan tidur kembali. Kadang kesiangan sampai di sekolah. Guru dan teman di sekolahnya bercerita ia selalu tidur di jam istirahat.

Aisyah semakin memburuk ketika kehilangan kesadaran, linglung (tak bisa membedakan kamar tidur dan kamar mandi, kadang tertidur di kamar mandi), leher dan bahu kaku, bicara tak nyambung jika ditanya. Kami membawanya ke rumah sakit, diperiksa dokter syaraf, melakukan berbagai prosedur medis seperti CT Scan,rontgen,cek darah dll. Tak akan pernah saya lupakan malam itu hujan ketika ia di rujuk ke RS di Jakarta dalam ambulans ... ia positif meningitis bakterialis dan ada infeksi pada paru-parunya.

Hanya 6 hari di RS. Sempat operasi pemasangan shunt untuk membuang cairan otak yang terhambat (hidrosefalus). Kata dokter ini efek lain dari meningitis. Kak Aisyah sempat sadar pasca operasi dan bisa diajak bicara nyambung. Kata dokter, operasi ini harus disegerakan karena melihat kondisinya yang semakin tak sadar, jika tidak ia bisa mengalami koma. Saat mendengar penjelasan dokter bedah syaraf itu, saya dan suami menangis dan berpelukan, penuh dilema, tak tega melihat anak terbaring tak sadarkan diri. 

Qodarullah, dua hari pasca operasi, hanya sehari saja Aisyah sadar, gadis cantik yang sedang bersemangat sekolah ini berpulang. 

Allah sudah mengangkat sakit dan deritanya. Saya harus merelakannya pergi. Sebulan ini berusaha bangkit namun sosoknya nampak di setiap sudut rumah. Pada senyumnya yang lucu. Saya masih menunggunya pulang sekolah di setiap sore...

Kini kami harus sadar dan menerima takdir-Nya, kak Aisyah sudah tak bersama kami. Kak Aisyah akan selalu menjadi teladan bagi adik-adiknya. 

Sebulan ini browsing tentang efek pemasangan shunt. Efeknya seperti infeksi, epilepsi, ada operasi ulang pemasangan shunt untuk mengiringi usia pasien. Allah al 'aaliim yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk makhluk-Nya

Saya lihat di kamar si sulung, buku-buku pelajarannya dan pakaiannya ditata sendiri di lemarinya. Hasil-hasil ulangan dan catatan-catatan rangkuman pelajaran dari SD hingga terakhir sekolah diklip per tingkatan kelas, katanya bisa buat belajar adik-adiknya jika memerlukan. Sejauh itu ia berpikir.

Terakhir adiknya yang sekamar dengannya mengatakan ia sedang menghafal Al-Quran surat Ar-Rahman. Ya Allah ....

Yang saya ingat ia sangat sayang pada adik-adiknya. Karena anak tertua, ia tegas dan mandiri. Ia seperti tahu menjadi tumpuan harapan kami. Sering membantu saya menjaga adiknya yang kecil jika saya bepergian, memandikan dan menyuapi adiknya. Ia sempat mengajari adiknya yang kelas 9 SMP yang hendak Ujian Nasional tahun ini, terutama pelajaran IPA dan matematika (yang sangat dikuasai kak Aisyah). Cita-citanya ingin menjadi dokter ...


Ya Allah bimbinglah kami agar peristiwa ini tak melalaikan kami dari mengingat-Mu
Ya Allah ya Rahman ya Rahiim masukkanlah kak Aisyah dalam surga-Mu

aamiin ya rabbal'aalamiin ...


Aisyah Luthfi Nur Hanifah